PENGELOLAAN BATUBARA DENGAN APLIKASI BATUBARA ONLINE (BBO) DI PT PLN (PERSERO)
SISTEM
INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
Dosen :
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
TENTANG
PENGELOLAAN
BATUBARA DENGAN APLIKASI
BATUBARA
ONLINE (BBO) DI PT PLN (PERSERO)
OLEH :
TOHARUDIN
55517120012
MAGISTER
AKUNTANSI
PROGRAM
PASCA SARJANA (S2)
UNIVERSITAS
MERCUBUANA
2018
SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
PENGELOLAAN BATUBARA DENGAN APLIKASI BATUBARA ONLINE (BBO) DI PT PLN
(PERSERO)
I.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2017, Jumlah Biaya Bahan bakar Batubara PT PLN (Persero) sebesar +/- Rp 42
Triliun atau sebesar 17% dari total biaya operasi sebesar Rp 275,47 Triliun
(1). Jumlah Biaya Batubara tersebut
dari tahun ke tahun terus meningkat dan diperkirakan pada tahun tahun yang akan
datang terus bertambah baik dari jumlah maupun prosentasenya mengingat adanya
program pemerintah yang harus dijalankan PLN dengen membangun Pembangkit
Listrik berbahan bakan batu bara sebesar 35.000 MW.
Sementara jumlah PLTU yang dilayani dengan bahan bakar
batubara pada tahun 2017 +/- sebanyak 70 Unit yang tersebar diseluruh Indonesia, sementara Sumber
batubaranya sebarannya tidak seperti seberan PLTU yang perlu dilayani. Oleh karena PLN sampai dengan saat ini belum memiliki
langsung IUP (Ijin Usaha Penambangan) atau IUPK (Ijin Usaha Penambangan
Khusus-Pengangkutan dan Penjualan), maka perolehan Batubara dilakukan secara
traiding dimana PLN membeli Batubara kepada Pemasok yang memiliki PKP2B, IUP
dan IUPK baik dengan system FOB maupun CIF, dan karena itulah maka PLN perlu
memiliki Sistim Informasi dan Sistim Pengendalian
yang cukup untuk mengelola agar administrasi tata Niaga Batubaranya menjadi
lebih Aman, Efektif dan Efisien.
Hal ini disadari oleh PLN, maka sejak tahun 2011, bekerjasama dengan Anak
Perusahaan, PT ICON+ dibangun Aplikasi Batu Bara Online (BBO) . Aplikasi BBO ini diharapkan dapat
menyediakan fungsi dan pengendalian atas aktifitas-aktifitas sebagai berikut :
- Pengelolaan kontrak, pemantauan ketersediaan pasokan batubara dan proses pembayarannya batubara.
- Tersediaanya Dashboard Management, sebagai alat bantu untuk memantau ketersediaan pasokan, evaluasi kinerja pemasok dan pembangkit, serta tracking transportasi batubara sampai dengan tempat tujuan secara online dan real-time
- Terselenggaranya Reporting, untuk mendukung pelaporan ke pihak terkait dan manajemen
Diharapkan dengan adanya Aplikasi BBO ini, maka
kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk kepentingan
stakeholder yaitu PLN, Pemasok, dan Transportasi dapat dipenuhi. Khusus untuk
PLN, aplikasi ini juga sangat membantu Manajemen dalam melakukan pengendalian
atas persediaan, perencanaan kas serta mendorong efisiensi bagi perusahaan.
II.
LANDASAN
TEORI
Untuk membahas lebih lanjut Aplikasi BBO yang dijalankan
oleh PLN, maka perlu penulis memahami landasan teori berkaitan dengan ketersediaan
Sistem Informasi dan Pengendalian Intern dalam sebuah perusahaan.
2.1.
Pengertian
sistem dan Karakteristiknya
Sistem merupakan kesatuan yang terdiri dari beberapa
elemen saling dihubungkan untuk memudahkan suatu aliran. Sistem merupakan kelompok yang terbentuk dari beberapa unsure, atau komponen
yang satu sama lain berada di dalam keterikatan yang fungsional. Masing-masing
saling kohesif satu sama lain, sehingga semua unit terjaga keeksistensinya. (2)
Dengan
demikian maka suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu,
yaitu mempunyai (3):
a. Komponen
(components) : terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, dan
bekerja sama membentuk satu kesatuan.
b. Batas
sistem (boundary) : merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan
sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukkan
ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
c. Lingkungan
luar sistem (environments) : papun diluar batas
sistem yang mempengaruhi operasi sistem lingkungan luar dapat bersifat
menguntungkan dan merugikan bagi suatu
system.
d. Penghubung
(interface) : marupakan media penghubung antar subsistem. Keluaran (output)
dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem lainnya
melalui penghubung untuk mengintegrasikan subsistem-subsistem menjadi satu
kesatuan.
e. Masukan
(input) : adalah data-data yang dimasukkan ke dalam system yang akan diolah oleh
system menjadi informasi.
f.
Pengolah (process) : suatu sistem dapat
mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.
Contoh Sistem akuntasi akan mengolah data-data transaksi menjadi laporan
–laporan keuangan dan laporan-laporan lain yang dibutuhkan oleh manajemen
g. Keluaran
(output) : adalah hasil dari pengolahan data oleh system baik informasi yang
berguna maupun kemungkinan ‘sampah’ yang
perlu di buang.
h.
Sasaran (objectives) atau tujuan (goal) : susatu
sistem pasti mempunyai tujuan (goal) yang ditujukan ketika system itu dibangun.
2.2. Sistem Informasi
Sistem
informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi yang bersifat
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan pihak luar tertentu
dengan laporan yang diperlukan (4).
Adapun komponen-komponen
system informasi terdiri dari :
1. Komponen
Input atau masukan
2. Komponen
Model
3. Komponen
Output atau komponen keluaran
4.
Komponen teknologi
5. Komponen
basis data
6.
Komponen kontrol atau komponen pengendalian.
Ke enam komponen tersebut menjadi satu
kesatuan dalam system informasi yang mengolah data data menjadi Informasi yang
berguna bagi pemakainya untuk membantu pengambilan keputusan. Untuk dapat
berguna maka Informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi harus di dukung
oleh tiga pilar sebagai berikut:
1.
Akurat ( accurate); artinya nilai yang
disampaikan itu tepat dan benar.
2. Tepat
Waktu timeliness); informasi yang dihasilkan tidak kadaluarsa.
3. Relevan
(relevance); bahwa informasi sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Disamping
itu Sistem Informasi yang baik harus didukung oleh teknologi informasi sebagai
support system untuk mendukung kelncaran arus informasi yang dibutuhkan., hal
ini dikarenakan teknologi informasi yang terdiri dari komputer, internet dan
telekomunikasi (5):
- Mendukung operasi bisnis sehari hari; seperti kegiatan sejak pemesanan barang, penjualan, akuntansi, sampai dengan penelusuran pesanan pelanggan. Ketika tanggapan/respon yang cepat menjadi penting, maka kemampuan sistem informasi untuk dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi ke berbagai fngsi bisnis menjadi kritis/penting.
- Mendukung pengambilan keputusan managerial sistem informasi dapat mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan bisnis dengan efektif dan efisien.
- Mendukung keunggulan strategis. Sistem informasi yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran strategis perusahaan dapat menciptakan keunggulan bersaing di pasar.
- Meningkatkan pelayanan secara global/menyeluruh yang artinya dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhada perusahaan (pemasok/supplier, pembeli, masyarakat dan stakholder lainnya).
2.3
Pengendalian
internal
Sistem
pengendalian intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang
terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Menurut Committee of Sponsoring
Organizations (COSO), menjelaskan bahwa Pengendalian Intern adalah suatu
proses yang diterapkan oleh pimpinan (dewan direksi)
dan management secara keseluruhan, dirancang untuk member suatu keyakinan akan
tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Mulyadi (2010:163),
Tujuan Pengendalian
Internal adalah :
a.
Terjaganya kekayaan organisasi; baik secara
fisik maupun kelengkapan dokumen dari asset asset atau kekayaan organisasi
b.
Efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan;
Direksi dan manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapaian tujuan perusahaan
dengan meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga
kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan
c. Keandalan
laporan Keuangan; Laporan keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat
dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
d. Kepatuhan
terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan; Prosedur dan peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya.
Sedangkan struktur pengendalian intern
terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu:
1.
Lingkungan pengendalian : merupakan dasar dari
komponen pengendalian yang lain meliputi: integritas, nilai etika, kompetensi
personil perusahaan, falsafah manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di
dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan
personil, serta arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
2. Penilaian
resiko : identifikasi, analisa dan mitigasi atas resiko yang relevan untuk
mencapai tujuan berkaitan dengan bagaimana semuah risiko dapat dikendalikan
sehingga tidak mengganggu upaya pencapaian tujuan. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal dan kemudian dipetakan sesuai dengan
level-levelnya.
3. Aktivitas
pengendalian : Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus
semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Meliputi :
aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi
atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan
tanggung jawab.
4. Informasi
dan Komunikasi : Di dalam perusahaan (organisasi). Sistem informasi merupakan
kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi inernal maupun kejadian
eksternal, aktifitas,dan kondisi maupun prasayarat hendaknya dikomunikasikan
agar manajemen memperolah informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang
harus diambil dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
5.
Pengawasan : pengendalian intern seharusanya
diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan dan penanganannya
secara structural dan langsung dipertanggungjawabkan ke level manajemen puncak
atau dewan direksi baik berupa hasil pengawasan atas pemborosan maupun hasil
kerja yang memuaskan di semua level.
Kelima komponen ini tersebut saling terkait dan menguatkan
untuk dapat memberikan kinerja sistem terintegrasi yang dapat merespon
perubahan kondisi bisnis perusahaan. Sistem pengendalian internal akan lebih
efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan dan
menjadi asset perusahaan yang terus
dijaga dan dikembangkan kearah yang lebih baik.
Sementara keterbatasan-keterbatan dari sebuah pengendalian
internal, menurut Mulyadi (2010;181) yang melekat dalam setiap komponen
pengendalian internal antara lain : Adanya kesalahan dalam pertimbangan, adanya
gangguan, praktek kolusi, pengabaian oleh manajemen serta pertimbangan manfaat
dan biaya.
III.
METODELOGI
PENELITIAN
Metodelogi
menggunakan metode kepustakaan, dimana informasi diperoleh dari artikel, modul
dan internet serta tinjauan atas
hasil kajian desk study.
IV.
KAJIAN
ATAS APLIKASI BATU BARA ONLINE (BBO)
Batu Bara
Online (BBO) adalah sebuah Sistem Informasi dan Aplikasi Pengendalian Manajemen
terhadap tata kelola pengadaan BahanBakar batubara yang dibangun oleh PT PLN (Persero) secara
online. Sistem/Aplikasi tersebut mengelola pengadaan batubara untuk seluruh
Pembangkit PLTU yang dimiliki oleh PLN di seluruh Indonesia, sejak tahap
perencanaan, pengiriman, pembongkaran di lokasi yang dituju sampai dengan
proses pembayaran yang dilakukan secara terpusat. Sistem/Aplikasi ini mulai
dibangun sejak tahun 2011 bersama dengan Anak Perusahaan ICON+ dan kemudian
terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan sampai dengan saat ini (tahun
2018).
4.1. Tantangan bagi PT PLN (Persero)
Pembangunan Sistem/Aplikasi BBO dilakukan berdasarkan tantangan yang
dihadapi oleh PT PLN (Persero) yaitu :
- Kebutuhan data dan informasi untuk perencanaan kebutuhan persediaan (stok)
- Kebutuhan akan pengendalian internal atas proses pengadaan dan manajemen persediaan (stok) yang diatur dalam Standar Operation Procedure (SOP) yaitu Perencanaan dan Pengadaan, Pengiriman, Penerimaan dan Pengelolaan Persediaan serta Penagihan dan Pembayaran
- Integrasi data dan otomatisasi proses bisnis
- Roll-out aplikasi BBO ke seluruh PLTU yang tersebar
- Keamanan data yang tersimpan dalam database
- Ketersediaan layanan aplikasi BBO secara cepat dan tepat
Tantangan-tantanagn itulah yang
kemudian berusaha diatasi oleh Sistem/Aplikasi BBO dengan menggunakan
risk-based approach untk mencapai integritas proses dan infrastruktur, serta
keamanan dari Aplikasi BBO.
4.2. Pengguna
Aplikasi BBO
Paling sedikit aplikasi BBO tersebut melibatkan 6 pihak dalam
operasinya dengan tingkat kepentingan
yang berbeda beda:
1.
Pemasok atau Vendor ; pihak yang menjual
Batubara ke PLN dengan kepentingan kepastian jumlah volume yang akan dikirim,
tingkat harga dan skema pembayaran (lama waktu pembayaran)
2.
Transportir ; pihak yang memiliki fasilitas
pengangkutan batubara seperti truk, tongkang atau vessel dengan kepentingan
jumlah volume yang akan diangkut, tarif angkutan, sistem pengiriman, lokasi
sumber batubara serta PLU tujuan.
3.
Surveyor ; pihak independen yang melakukan penilaian atas jumlah volume
batubara serta kualitasnya. Surveyor
berkepentingan untuk menerbitkan laporan berupa sertifikat berat serta
sertifikat kualitas batubara sebagai dasar diterima atau ditolaknya batubara
oleh PLTU PLN serta dasar perhitungan nilai harga bataubara. Sertifikat yang
dihasilkan berupa COW dan COA ( Certiface of Weigt dan Cerifice of Analysis ).
4.
Pihak PLN
Unit ( PLTU dan Unit); berkepentingan untuk menjaga agar ketersediaan
stok batubara di PLTU tidak kurang yang dapat mengancam operasional PLTU agar
tidak terjadi pemadaman, ataupun agar jangan sampai stok batubara berlebihan
yang berdampak inefisiensi.
5.
Divisi Batubara (DIV Batubara); salah satu
Divisi di PT PLN (Persero) yang diberi tugas dan wewenang untuk melakukan
pengendalian terhadap Batubara. Divisi inilah yang bertanggungjawab atas
pengelolaan Batubara di PLN. Hasil pengelolaannya dipertanggungjawabkan kepada
BOD (Board of Director).
6.
Divisi Treasury (DIB Tre); adalah Divisi yang diberitakan tanggungjawab
untuk menyediakan dan mengelola Kas Pembayarn Batubara yang dibeli oleh PLN.
Pihak lain yang sangat berkepentingan dengan Aplikasi
BBO ini adalah Satuan Pengawasan Internal (SPI dan juga Satuan Pengendali
Kinerja Korporat (SPKK), karena melalui
Aplikasi ini maka informasi dan data berkaitan dengan pengelolaan pengadaan
batubara menjadi lebih cepat dan akurat tersaji. Demikian jug dengan pengukuran
kinerja unit maupun korporat berkaitan dengan pengelolaan batubara menjadi
lebih baik.
4.3. Permasalahan dan Inisitif Stategis
Penyempurnaan.
Setelah Aplikasi Batubara (BBO) sampai dengan akhir tahun 2017 di
aplikasikan di seluruh Indonesia maka sasaran sasaran utama PLN berkaitan
dengan Perencanaan Stok, aliran dokumen, pelaporan dan pembayaran sekilas tidak
ada masalah dan teratasi dengan baik, utamanya berkaitan dengan Good Corporate
Governance; akan tetapi setelah dilakukan kajian terhadap lamanya waktu
pembayaran, ditemukan beberapa permasalahan serta potensi perbaikan dan
efisiensi dengan ujung permasalahan pada lamanya waktu pembayaran.
Hasil kajian
ini belum final tetapi bisa menjadi gambaran untuk penyempurnaan ke depan,
antara lain :
1.
Lama waktu realisasi pembayaran, masih dianggap
lama; SLA (servive level agreement) selama 52 hari sejak batubara dari titik
pengangakutan sampai realisasi pembayaran, namun untuk beberapa pengiriman
relisasinya sekitar 84 hari.
2.
Imput data dan dokumen masih dilakukan secara
manual ke dalam Aplikasi.
3.
Proses aprovel dokumen yang melalui beberapa
tahap dan level memakan waktu cukup lama.
4.
Adanya peristiwa-peristiwa di lapangan yang
belum masuk dalam sistem/Aplikasi; seperti terjadinya kondisi force majeure,
proses uji umpire, amandemen harga, perubahan tujuan dll.
5.
Integritas proses dan infrastruktur, serta
keamanan applikasi perlu di tingkatkan.
6.
Pengarsipan dokumen yang masih belum maksimal
dan efisien.
Berdasarkan gambaran sekilas tentang
permasalahan pada Aplikasi BBO, maka beberapa Inisiatif stategis perlu
dilakukan antara lain :
- Sebagai sebuah sistem Informasi berbasis IT, maka Aplikasi BBO dikembangkan dengan mengurangi dan bahkan menghilangkan aktivitas manual dalam input data dengan memanfaatkan teknologi OCR (Optical Character Recognition) dimana data data yang ada dalam dokumen secara otomatis dibaca oleh sistem.
- Mempercepat proses Aproval dari meja ke meja dengan mengaplikasikan Tandatangan/paraf Electronik dimana saat ini sudah ada Badan yang mensertifikasi tandatangan/paraf elektronik yaitu Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN).
- Menambahkan fitur Mobile application untuk kemudahan approval dan data entry.
- Interface langsung ke SAP sehingga proses pelaporan Akuntansi dan Keuangan cepat dan akurat.
- Memperbaiki beberapa SOP berkaitan dengan Uji Umpire, Force majeour, perubahan tujuan, amandemen harga dll sehingga lebih cepat dan ditangani secara Digital.
Dengan beberapa inisitif tersebut maka
diharapkan lama waktu pembayaran dan security data batubara menjadi lebih baik.
Ilustrasi teoritis yang bisa diperoleh PLN
dengan melakukan beberapa Inisiatif strategis diatas antara lain:
- Potensi penghematan yang bisa dilakukan bila proses pembayaran dapat dipercepat adalah adanya keinginan dari pemasok untuk memberikan discount atas pembayaran yang dipercepat. Misalnya dari 84 hari menjadi 30 hari, adalakh sebesar 0,5%-1% yang artinya selama satu tahun PLN bisa melakukan penghematan sebesar +/- sebesar Rp 210 - 420 Milyar (0,5%-1% x Rp 42 Triliun).
- Terjadi Paperless dan pengurangan jumlah SDM yang terlibat cukup signifikan mengurangi biaya operasional. Beberapa SDM dapat dialihkan ke pekerjaan yang produktif lainnya.
- Kendali atas jumlah stok batubara manjadi optimal sehingga potensi pemborosan atau potensi kekurangan stok dapat teratasi.
- Perencanaan Arus Kas menjadi lebih akurat dan baik sehingga dana dapat di optimalkan.
- Keamanan dokumen dan Informasi meningkat dengan baik.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang masih terbatas tersebut, disimpulkan bahwa Kajian atas
implementasi Aplikasi Batu Bara Online (BBO) yang diterapkan oleh PT PLN
(Persero) untuk mengendalikan tata kelola Biaya Batubara perlu dilakukan dengan
memanfaatkan Kemajuan di bidang Teknologi Informasi agar :
-
Lebih berdaya guna untuk peningkatan efisiensi
dan citra PLN di pihak lainnya.
-
Pengendalian atas Persediaan Batubara lebih
optimal.
-
Pengamanan terhadap arsip dokumen lebih baik
-
Dukungan terhadap Laporan Keuangan lebih tepat waktu dan akurat.
-
Pengambilan keputusan Manajemen yang didukung
oleh laporan BBO lebih tepat dan cepat
VI.
SARAN-SARAN
Untuk
mendukung kesimpulan di atas maka disarankan agar :
- Aplikasi BBO dilengkapi dengan memanfaatkan OCR, sertifikasi tandatangan elektronik dan mobile approval.
- Security atas infrastruktur dan Aplikasi tetap di prioritaskan untuk keamanan data dan informasi. Termasuk interface dengan SAP untuk ketepatan dan kecepatan laporan.
- Dukungan manajemen serta anggaran untuk penyempurnaan aplikasi sangat signifikan dan mutlak diperlukan.
DAFTAR
BACAAN :
(1) PT PLN
(Persero) “Laporan Keuangan PT PLN (Persero) tahun 2017”
(2)
Rahman
“Apa itu sistem” September 2017
(3)
Enda
“Analisis Sistem”September 2017
(4)
Hafzi
Ali, Prof.,Dr., CMA. “Modul Kuliah Sistem Informasi dan Pengendalian Internal”,
2018
(5)
EY
“Laporan Hasil kajian dan Rekomendasi Aplikasi BBO” Oktober 2013
(6) Accenture
Consulting “Treasury Transformation-Digital Management System-Sharing
session”Desember 2017.
Comments
Post a Comment